Minggu, 12 Juni 2011

Jurusan apa Dek?

Jika ada yang bertanya, angkot apa yang berkesan bagiku.. maka aku akan menjawab salah satunya ialah angkot jurusan Margahayu-Ledeng. Kenapa? Bukan karena angkot itu berjasa mengantarkanku pulang pergi kampus-rumah sakit, ketika ayahku sakit. Bukan juga karena dalam satu perjalanan ke rumah sakit, seorang ahwat yang duduk di sampingku, tertidur di pundakku. Bukan, jelas bukan itu. Namun karena aku teringat masa-masa penerimaan mahasiswa baru. Waktu itu di kampus, di hari pengurusan administrasi mahasiswa baru, aku sebagai maru (mahasiswa baru), baru saja menyelesaikan administrasiku, dan tinggal menunggu giliran di foto untuk kartu tanda mahasiswa (KTM), selagi menunggu panggilan, dari kejauhan aku melihat ke arah pintu keluar, di sana aku melihat teman-temanku sesama maru disambut para senior bak seorang artis.. sayup ku dengar teriakan para senior.
Senior, “Jurusan mana dek?”
Maru, “Jurusan Matematika..”
Senior, “Oi.. jurusan Matematika nih..”
Si maru jelas bingung.. dia lantas di hampiri seniornya dari Matematika.. dan di bawa entah ke mana.
Walau gaung ‘ospek tanpa plonco’ terus di wacanakan, aku masih sedikit su’udzon juga. Makanya aku berpikir bagaimana caranya menghindari para seniorku itu. Terlintas dalam pikiran untuk kabur, jadi setelah keluar, aku langsung saja lari terbirit-birit sekencang-kencangnya, namun pikiran itu urung kulaksanakan, karena ternyata, kondisi lapangan di luar, sudah di kondisikan sedemikian rupa sehingga tak memungkinkan seorang Maru kabur.
Lantas bagaimana nih...? bisikku dalam hati, berpura-pura bukan Maru, khawatir ketahuan, ntar bisa-bisa tambah runyem aje..
Akhirnya ketika kedua kakiku sukses mendarat di luar pintu keluar, sudah ku kira, seorang senior cewek mencegatku,
Senior I, “Jurusan apa dek?”
Aku, “Jurusan Margahayu-Ledeng..”
Aku menjawab dengan santai seraya meniggalkan senior itu, sumpah tak terlintas sedikitpun sebelumnya untuk melontarkan kalimat tadi. Dari belakang terdengar dengusan sang senior yang kemudian ia mengejarku bersama senior lainnya.
Senior I, “Eh, yang bener dek, jurusan apa?”
Senior II, “Iya, jangan main-main dong..!”
Dengan menahan gelak tawa yang ingin meledak aku menjawab, “Pendidikan Bahasa Arab”
Lantas mereka memanggil-manggil seniorku di bahasa Arab, layaknya para calo di terminal bus. Saat itu aku serasa keluar dari mulut harimau, masuk kandang singa. Namun tak seburuk yang kukira.
Itulah kenapa angkot Margahayu Ledeng cukup berkesan bagiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar